Kadis PU Bina Marga Jember Tuduh Wartawan Dibayar
untuk Serang Dirinya
Jember TTN,Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Jember Rasyid Zakaria menuduh ada wartawan
yang dibayar untuk menulis hal-hal buruk mengenai kinerjanya.
Tuduhan ini dilontarkan Rasyid dalam rapat dengar pendapat terbuka dengan DPRD Jember di gedung parlemen yang disiarkan langsung oleh radio dan stasiun televisi lokal. Rapat tersebut membahas pro dan kontra penunjukan langsung proyek jasa konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Jember.
Rasyid menyatakan kecewa, karena selalu dipersoalkan di media massa, kendati memiliki hubungan baik dengan rekanan jasa konstruksi. "Tolong hargai saya. Saya sudah memberi proyek. Sudah saya anggap kawan. Jam enam pagi habis subuh, belum minum kopi, sudah banyak pemborong. Saya ikhlaskan saya ini, tapi masih dilapor-lapor, masih dihujat di radio. Ada yang bayar wartawan Rp 1 juta suruh bikin tulis saya segala macam," katanya.
Pernyataan Rasyid ini sempat dipotong Wakil Ketua DPRD Jember Ayub Junaidi yang memimpin rapat. "Bahasa 'membayar wartawan' dan sebagainya, tolong disebutkan saja supaya ini tidak menjadi ajang fitnah," katanya.
"Bahasa seperti itu bahaya juga. Ini ada banyak wartawan. Wartawannya siapa? Nanti terjadi saling fitnah. Kalau memang ada, disebutkan saja," kata Ayub.
"Saya mungkin tidak akan menyebutkan, karena ini etika. Tapi demi Allah, saya tahu," kata Rasyid.
"Kalau begitu tidak usah disebutkan," kata Ayub.
"Saya tidak akan sebutkan," kata Rasyid.
"Bahasa itu ditarik saja, supaya tidak jadi ajang fitnah," kata Ayub.
"Saya hanya ingin keadilan, Pimpinan," kata Rasyid.
"Ya, monggo. Nanti disampaikan," kata Ayub.
"Ingin keadilan. Jadi dikoyak-koyak harga diri saya. Mungkin konco-konco kalau gak saya teken terminnya (kalau saya tidak menandatangani persetujuan termin pencairan dana proyek, red), tidak dapat uang," kata Rasyid.
"Kenapa saya ini dilecehkan? Ini ada Dewan, maka saya wadul ke Dewan. Kenapa tidak dirundingkan," sahut Rasyid.
Didik Muzanni, perwakilan rekanan yang juga pengacara, mengingatkan Rasyid. "Maaf, saya potong. Ini bahaya kepada Bapak. Bahasa 'tidak diteken tiak dapat duit' itu berbahaya, Pak. Berdampak terhada hukum," katanya.
Ayub pun menengahi. "Sudahlah, bahasa-bahasa itu ditarik saja.Tadi ada wartawan ini begini (dibayar), nanti akan ada efek hukum. Saya tidak suka. Pertemuan ini menyelesaikan masalah," katanya, meminta Rasyid untuk fokus.
Akhirnya, Rasyid meminta maaf. "Saya minta maaf, karena saya terbawa dengan emosi saya. Saya membela diri untuk kehormatan saya dan keluarga saya, supaya ada keadilan di hadapan Allah. Saya cabut semua pernyataan ini, saya cabut dengan hormat," katanya
Tuduhan ini dilontarkan Rasyid dalam rapat dengar pendapat terbuka dengan DPRD Jember di gedung parlemen yang disiarkan langsung oleh radio dan stasiun televisi lokal. Rapat tersebut membahas pro dan kontra penunjukan langsung proyek jasa konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Jember.
Rasyid menyatakan kecewa, karena selalu dipersoalkan di media massa, kendati memiliki hubungan baik dengan rekanan jasa konstruksi. "Tolong hargai saya. Saya sudah memberi proyek. Sudah saya anggap kawan. Jam enam pagi habis subuh, belum minum kopi, sudah banyak pemborong. Saya ikhlaskan saya ini, tapi masih dilapor-lapor, masih dihujat di radio. Ada yang bayar wartawan Rp 1 juta suruh bikin tulis saya segala macam," katanya.
Pernyataan Rasyid ini sempat dipotong Wakil Ketua DPRD Jember Ayub Junaidi yang memimpin rapat. "Bahasa 'membayar wartawan' dan sebagainya, tolong disebutkan saja supaya ini tidak menjadi ajang fitnah," katanya.
"Bahasa seperti itu bahaya juga. Ini ada banyak wartawan. Wartawannya siapa? Nanti terjadi saling fitnah. Kalau memang ada, disebutkan saja," kata Ayub.
"Saya mungkin tidak akan menyebutkan, karena ini etika. Tapi demi Allah, saya tahu," kata Rasyid.
"Kalau begitu tidak usah disebutkan," kata Ayub.
"Saya tidak akan sebutkan," kata Rasyid.
"Bahasa itu ditarik saja, supaya tidak jadi ajang fitnah," kata Ayub.
"Saya hanya ingin keadilan, Pimpinan," kata Rasyid.
"Ya, monggo. Nanti disampaikan," kata Ayub.
"Ingin keadilan. Jadi dikoyak-koyak harga diri saya. Mungkin konco-konco kalau gak saya teken terminnya (kalau saya tidak menandatangani persetujuan termin pencairan dana proyek, red), tidak dapat uang," kata Rasyid.
"Kenapa saya ini dilecehkan? Ini ada Dewan, maka saya wadul ke Dewan. Kenapa tidak dirundingkan," sahut Rasyid.
Didik Muzanni, perwakilan rekanan yang juga pengacara, mengingatkan Rasyid. "Maaf, saya potong. Ini bahaya kepada Bapak. Bahasa 'tidak diteken tiak dapat duit' itu berbahaya, Pak. Berdampak terhada hukum," katanya.
Ayub pun menengahi. "Sudahlah, bahasa-bahasa itu ditarik saja.Tadi ada wartawan ini begini (dibayar), nanti akan ada efek hukum. Saya tidak suka. Pertemuan ini menyelesaikan masalah," katanya, meminta Rasyid untuk fokus.
Akhirnya, Rasyid meminta maaf. "Saya minta maaf, karena saya terbawa dengan emosi saya. Saya membela diri untuk kehormatan saya dan keluarga saya, supaya ada keadilan di hadapan Allah. Saya cabut semua pernyataan ini, saya cabut dengan hormat," katanya
Komentar
Posting Komentar