Kementerian Keuangan Memberikan Penghargaan Kepada Pemkab Banyuwangi Sebagai Kabupaten Terbaik Di Indonesia
Kementerian Keuangan Memberikan Penghargaan Kepada
Pemkab Banyuwangi Sebagai Kabupaten Terbaik Di Indonesia
Banyuwangi TTN,Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
memberikan penghargaan kepada Pemkab Banyuwangi sebagai kabupaten terbaik di
Indonesia dalam Pengelolaan Keuangan Daerah dan Inovasi Pelayanan Publik.
Penghargaan ini diberikan Kemenkeu karena Banyuwangi dinilai telah memenuhi
indikator utama dalam penilaian, di antaranya mampu mewujudkan pengelolaan
anggaran yang baik untuk menunjang program-program pembangunan daerah.
”Alhamdulillah, tadi
malam di Jakarta, Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani menyerahkan langsung
penghargaan tersebut. Ini menjadi motivasi untuk meningkatkan kinerja birokrasi,
sekaligus menjadi pengingat bahwa Banyuwangi telah diberi apresiasi maka jangan
khianati apresiasi itu dengan melakukan tindakan yang tidak taat asas keuangan
negara,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat dihubungi.
Penghargaan
diberikan Menkeu Sri Mulyani kepada Bupati Anas di sela-sela acara Stakeholders
Gathering Kemenkeu, dihadiri sejumlah pejabat, di antaranya Menteri
Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri
Kesehatan Nila F. Moeloek, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Panglima TNI
Gatot Nurmantyo, Menteri PU-PR Basuki Hadimuljo, dan Menkominfo
Rudiantara.
Bupati Anas
mengatakan, APBD adalah instrumen vital untuk mendorong program pembangunan
daerah. Oleh karena itu, pengelolaannya harus kredibel dan berdampak ke publik.
”Maka
pembiayaan APBD harus semaksimal mungkin bisa tepat sasaran. Efektivitas
program diukur dengan orientasi kinerja, bukan semata-mata soal anggaran. Jadi
APBD ini bukan soal sistem yang bersifat hukum administrasi keuangan negara
saja, tapi mengukur kinerja, mengukur hasil pembangunan,” ujar Anas.
Anas
mencontohkan, terdapat program peningkatan akses pendidikan, tapi wujud
programnya adalah seminar-seminar di hotel. ”Yang seperti itu agak-agak tidak nyambung. Memang
secara administratif, sepanjang laporan pertanggungjawabannya oke, secara hukum
administrasi keuangan negara tidak ada masalah. Namun, secara dampak program,
apa manfaatnya bisa terasa ke pelajar? Mengapa dana programnya tidak dialokasikan
saja untuk beasiswa atau fasilitasi alat pendidikan?" kata Anas.
Anas
mendukung program Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kemenkeu, Kemendagri,
hingga Kementerian PAN-RB yang mulai mengembangkan bagaimana audit tidak hanya
pada aspek administratif, tapi mengukur dampak program. ”Meski berliku, ini
perlu didukung,” tegas Anas.
Anas
melanjutkan, dalam pengelolaan keuangan Banyuwangi telah mengintegrasikan mulai
perencanaan, tata kelola, hingga evaluasi keuangan daerah dengan memanfaatkan teknologi
informasi.
”Dan ini
tidak hanya pada level pemerintah kabupaten, tapi juga ke desa dengan e-village budgeting dan e-monitoring system. Jadi
tidak lagi ada yang bisa memaksakan penggunaan anggaran pembangunan bila
usulannya tidak melewati mekanisme perencanaan terlebih dahulu dari tingkat
bawah, dari level desa,” jelasnya.
Terkait
pengelolaan keuangan daerah, Banyuwangi sendiri tercatat sebagai kabupaten
pertama di Jawa Timur dan tiga se-Indonesia yang telah menerapkan sistem
akuntansi berbasis akrual sejak 2014. Banyuwangi juga telah menerapkan e-audit
terintegrasi sehingga memudahkan BPK melakukan pemeriksaan secara online.
E-audit juga bisa langsung mengecek tindak lanjut rekomendasi BPK atas temuan
audit.
Kementerian
PAN-RB juga menetapkan Banyuwangi sebagai penerima nilai A atau tertinggi dalam
evaluasi Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP).
Banyuwangi menjadi kabupaten pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mendapat
nilai A. ( irwn )
Komentar
Posting Komentar